Advertisement

Jelantah Jadi Rupiah, Bank Sampah Cilacap Punya 2.000 Nasabah

Newswire
Kamis, 25 September 2025 - 21:02 WIB
Maya Herawati
Jelantah Jadi Rupiah, Bank Sampah Cilacap Punya 2.000 Nasabah Ibu-ibu yang membawa minyak jelantah mengantre untuk menjual minyaknya ke Bank Sampah Beo Asri Tegalreja, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (28/8/2025). ANTARA - Putu Indah Savitri.

Advertisement

Harianjogja.com, CILACAP—Lebih dari 2.000 warga Cilacap kini menjadi nasabah Bank Sampah Beo Asri. Mereka rutin menukar minyak jelantah dengan uang tunai sekaligus membantu menjaga lingkungan.

Derai hujan yang mengguyur Kelurahan Tegalreja, Cilacap tak mampu menenggelamkan seruan penuh semangat dari ibu-ibu berbalut pakaian kuning. Tidak pula memadamkan niat ibu-ibu yang berbaris rapi dengan botol-botol minyak jelantah dalam pelukannya.

Advertisement

Pasukan kuning, yang merupakan pengurus Bank Sampah Beo Asri Tegalreja, terlihat menyambut nasabah mereka dengan senyuman yang tak kalah cerah dari warna pakaiannya. Yang menjadi nasabah tentulah para pembawa minyak jelantah dalam berbagai ukuran, ada yang botolan, ada juga yang menggunakan galon.

Yuni Krisgiyanti, 38, adalah salah satu dari belasan nasabah yang mengantre untuk menyetorkan minyak jelantahnya. Puan yang bekerja sebagai pedagang gorengan itu memeluk galon berukuran 5 liter yang tidak terisi penuh. Minyak jelantah yang berada dalam pelukannya merupakan akumulasi dari penggunaan selama kurang lebih sepekan. Minyak jelantah yang ia setorkan merupakan minyak bekas dua kali pakai untuk menggoreng mendoan, sate, hingga lauk-pauk untuk nasi kucing yang biasa ia jual dari siang hingga menjelang petang.

Ketika ditimbang, minyak jelantah yang dibawa Yuni tercatat seberat 3 kg, sehingga ia pun berhasil mengantongi bayaran senilai Rp15.000. Bank Sampah Beo Asri Tegalreja menggunakan satuan ukur kg dalam membeli minyak jelantah, dan mematok harga dengan nominal Rp5.000 per kg.

“Dulu saya bingung mau buang mijel [minyak jelantah] di mana. Paling dikumpulin, buang di tong sampah, jadi limbah,” kata Yuni.

Bagi Yuni, kehadiran bank sampah tak hanya menjawab kebingungannya ihwal lokasi pembuangan minyak jelantah. Bank sampah binaan PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit IV Cilacap (RU IV) itu juga turut mendatangkan keuntungan ekonomi bagi dirinya, serta bagi masyarakat yang rajin mengumpulkan minyak jelantah.

Pengelola Bank Sampah Beo Asri, Sri Widowati, 75, aktif mengedukasi masyarakat ihwal bahaya minyak jelantah apabila dibuang sembarangan, seperti pencemaran tanah dan air, serta penyumbatan saluran air yang dapat menyebabkan banjir. Meski Bank Sampah Beo Asri hanya membeli minyak jelantah seharga Rp5.000 per kg, nyatanya hal tersebut berhasil menjadi motivasi agar masyarakat tidak membuang minyak bekas dengan sembarangan. Kini, bank sampah yang dikelola Sri telah memiliki lebih dari 2.000 nasabah.

Tak hanya mengedukasi soal bahaya lingkungan, Sri juga meningkatkan kesadaran masyarakat soal efek negatif terhadap kesehatan bila menggunakan minyak goreng berulang kali hingga berwarna hitam. “Mereka tuh pake minyak kadang sampai hitam sekali. Itu kan untuk kesehatan kurang bagus. Sekarang dipakai sedikit-sedikit bisa dikumpulkan jadi uang,” kata pensiunan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu.

Dengan demikian, pembelian minyak jelantah oleh Bank Sampah Beo Asri tak hanya mendatangkan manfaat bagi lingkungan dan menggerakkan perekonomian masyarakat Tegalreja, tetapi juga berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.

BACA JUGA: Eks Kadis Kominfo Sleman Jadi Tersangka Korupsi Bandwidth Rp3 Miliar

Ramah Lingkungan

Warga di Kelurahan Tegalreja itu kian terbakar semangatnya untuk berpartisipasi menyusul kabar PT Pertamina (Persero) yang mulai mengembangkan avtur ramah lingkungan (bioavtur) dengan bahan dasar minyak jelantah. Nama bioavtur itu adalah Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku Used Cooking Oil (UCO), atau yang lebih dikenal sebagai avtur ramah lingkungan dari minyak jelantah.

Kehadiran avtur dari minyak jelantah menjadi kebanggaan tersendiri, sebab mengharumkan nama Indonesia di kawasan Asia Tenggara sebagai produsen avtur ramah lingkungan pertama yang memiliki sertifikat internasional sustainability ISCC CORSIA berbahan baku campuran UCO atau minyak jelantah. Dengan mengantongi sertifikasi tersebut, maka tumbuhlah kepercayaan diri Indonesia untuk mengujicobakan bahan bakar dari minyak bekas itu.

Tercatat pada 20 Agustus 2025, tiga hari sejak peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-80, maskapai Pelita Air yang berbahan bakar avtur dari minyak jelantah berhasil lepas landas dan membelah angkasa untuk kali pertamanya.

Keberhasilan tersebut sekaligus menunjukkan keandalan inovasi anak bangsa, serta membuka peluang bisnis baru bagi Pertamina, yakni mengekspor avtur ramah lingkungan dari minyak jelantah. “Kalau sudah melihat hasil daripada SAF kita, pasti negara lain akan melirik [SAF] kita,” ujar Komisaris Utama dan Independen Pertamina Mochammad Iriawan.

Ambisi tersebut tentunya harus didukung oleh keandalan produksi. Karenanya, Iwan Bule, sapaan akrab Iriawan, memerintahkan kepada jajarannya untuk menambah jumlah titik pengumpulan minyak jelantah.

Penambahan jumlah titik pengumpulan minyak jelantah juga mendukung rencana Pertamina dalam mereplikasi keberhasilan Kilang Cilacap memproduksi avtur dari minyak jelantah. Adapun dua kilang yang ditargetkan akan memproduksi avtur dari minyak jelantah adalah Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Dishub DIY Imbau Maxride Segera Urus Perizinan

Dishub DIY Imbau Maxride Segera Urus Perizinan

Jogja
| Jum'at, 26 September 2025, 01:47 WIB

Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Wisata
| Selasa, 23 September 2025, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement