Advertisement

Konferensi di Jogja: Keadilan Ekologis untuk Semua Makhluk di Bumi

Bhekti Suryani
Selasa, 21 Oktober 2025 - 19:00 WIB
Bhekti Suryani
Konferensi di Jogja: Keadilan Ekologis untuk Semua Makhluk di Bumi Ilustrasi keadilan ekologi - ilustrasi AI

Advertisement

JOGJA--Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR Rumah Bersama) kembali menyelenggarakan konferensi internasional tahunan ke-7 bertajuk “Ecocracy: Power to the People, Justice for All Planetary Community”.

Konferensi ini akan berlangsung pada 23–25 Oktober 2025 di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dan dapat diikuti secara luring maupun daring.

Advertisement

Selama berabad-abad, komunitas adat dan masyarakat lokal (Indigenous Peoples and Local Communities/IPLCs) telah berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati, melindungi ekosistem, serta mengembangkan cara hidup yang berkelanjutan melalui kearifan lokal dan praktik sosial mereka.

Di tengah krisis iklim dan kemunduran demokrasi global, pengetahuan dan praktik komunitas ini menjadi sumber inspirasi dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan sosial.

Koordinator ICIR Samsul Maarif menjelaskan, konferensi internasional ini menghadirkan konsep “ecocracy” sebagai gagasan sekaligus gerakan untuk mengembalikan kekuasaan pada rakyat dan semua komunitas planet—manusia dan non-manusia—melalui partisipasi demokratis dan solidaritas lintas sektor.

“Ecocracy dipahami bukan sekadar ideal politik, melainkan cara berpikir dan bertindak untuk mencapai keadilan bagi semua makhluk hidup di Bumi,” ujar Samsul Maarif.

Menurut pria yang akrab disapa Ancu ini, konferensi ICIR-7 bertujuan menggali strategi ekokrasi sebagai jalan untuk memperkuat daya tahan komunitas dalam menghadapi otoritarianisme demokratis dan ketimpangan sosial-ekologis; mengonsolidasikan kolaborasi lintas sektor—antara akademisi, aktivis, komunitas adat, dan masyarakat sipil—untuk memperjuangkan hak-hak asasi, demokrasi, dan keberlanjutan ekologis.

“Konferensi ICIR-7 menyediakan ruang dialog dan refleksi lintas agama, gender, disabilitas, serta kelompok rentan lain dalam mengembangkan gerakan bersama menuju keadilan planet,” papar Anchu yang menjabat Ketua Program Studi Magister Agama dan Lintas Budaya atau Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM.

Selama tiga hari, sambung Anchu, konferensi akan diisi dengan plenary sessions, parallel panels, side events, dan konsolidasi jaringan masyarakat sipil (CSO Consolidation).

Empat sesi pleno utama akan menampilkan narasumber dari berbagai disiplin dan komunitas.

Pertama, dengan pembicara Frans Wijsen (Radboud University), Robert Setio (UKDW), dan Atika Manggala (Sri Tumuwuh, Yogyakarta) dalam sesi Interreligious Engagement for Ecological Justice pada hari Kamis, 23 Oktober 2025 pukul 10.30-12.00 WIB. Kedua, Eko Cahyono (Sajogyo Institute), Pdt. Jimmy Sormin (GPIB), dan Jull Takaliuang (Yayasan Suara Nurani Minaesa) dalam sesi Interfaith Dialogue on Environmental Justice pada hari Kamis, 23 Oktober 2025 pukul 13.00-14.30 WIB.

Ketiga, Yael Stefani Sinaga, Sunarman Sukamto, Chatarina Pancer Istiyani, dan Tati Rahmawati dalam sesi Beyond Boundaries: Narratives of Resilience from Indigenous Women and Disability Communities pada hari Jumat, 24 Oktober 2025 pukul 08.30-10.00 WIB.

Keempat, Agustina (Dayak Iban), Bivitri Susanti (PSHK), Zainal Abidin Bagir (ICRS), dan Mochamad Mustafa (The Asia Foundation) dalam sesi Ecocracy in Practice: Collective Strategies for Protecting Civic Space and Human Rights in Indonesia pada hari Jumat, 24 Oktober 2025 pukul 14.30-16.00 WIB.

Selain itu, 57 abstrak terpilih akan dipresentasikan dalam 16 sesi paralel, termasuk panel-panel spesial. Terdapat juga lokakarya penulisan, peluncuran buku, serta pameran arsip dan seni dari komunitas penghayat.

Konferensi ini juga akan menampilkan penampilan budaya, tari, dan pertunjukan seni dari komunitas penghayat seperti Palang Putih Nusantara (PPN) yang memperlihatkan kekayaan spiritualitas lokal sebagai bagian dari praktik ekologis dan politik kebersamaan.

Hari terakhir ICIR-7 akan diisi dengan sesi konsolidasi jaringan masyarakat sipil dan komunitas adat, membahas “Civic Space and the Current State of Democracy”. Berbagai organisasi seperti Komnas Perempuan, Yayasan LKiS, Kabar Sejuk, AJI, dan Koalisi Lintas Isu DIY akan memfasilitasi dialog lintas isu dan refleksi strategis.

ICIR-7 diselenggarakan oleh jaringan ICIR Rumah Bersama, yang melibatkan berbagai lembaga: Yayasan LKiS, CRCS UGM, ICRS, IRS UGM, Yayasan Satunama, PUSAD Paramadina, Komnas Perempuan, SEJUK, MLKI, Puanhayati, The Asia Foundation, dan mitra lainnya. Kegiatan ini juga didukung oleh Oslo Coalition on Freedom of Religion or Belief (FoRB) dan sejumlah lembaga yang memiliki perhatian pada isu-isu kelompok rentan dan agama-agama adat.

“Konferensi ini terbuka bagi akademisi, peneliti, aktivis masyarakat sipil, komunitas adat, seniman, mahasiswa, dan publik umum yang ingin berpartisipasi dan memperluas dialog lintas sektor demi keadilan sosial-ekologis,” imbuh Anchu.

Partisipasi dapat dilakukan secara langsung di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, DIY, atau juga secara daring melalui tautan pendaftaran bit.ly/PendaftaranICIR7. Informasi lebih lengkap dapat diakses melalui akun Instagram @icir.rumahbersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Gubernur DIY Ajak Kabupaten/Kota Sinergi Kelola Sampah

Gubernur DIY Ajak Kabupaten/Kota Sinergi Kelola Sampah

Jogja
| Selasa, 21 Oktober 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Wisata
| Minggu, 19 Oktober 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement