Advertisement
Banyumas Jadi Percontohan Pembiayaan Hijau dan Ekonomi Sirkular

Advertisement
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terpilih jadi proyek percontohan pertama Program Seed Grant-Smart Green ASEAN Cities (SGAC). Program ini digagas Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) untuk memperkuat pembiayaan hijau dan ekonomi sirkular.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH)/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Diaz Hendropriyono dalam pernyataan dikonfirmasi dari Jakarta, Sabtu (2/9/2025), menyampaikan bahwa kolaborasi berbagai pihak menjadi kunci dalam mewujudkan kota hijau dan berketahanan iklim.
"Program ini tidak hanya mendukung pengurangan emisi dari sektor limbah, tetapi juga menghadirkan mekanisme pembiayaan inovatif bagi pelaku ekonomi sirkular di tingkat masyarakat. Dukungan mitra nasional dan internasional akan mempercepat terwujudnya kota hijau yang tangguh terhadap perubahan iklim," kata Wamen LH Diaz.
Program SGAC yang digagas BPDLH bertujuan menjadi langkah strategis mempercepat transformasi kota-kota di Indonesia menuju pembangunan hijau, sekaligus memperkuat mekanisme pembiayaan hijau yang aman dan berkelanjutan.
SGAC menargetkan pengelolaan sampah berkelanjutan sekaligus pengurangan emisi gas rumah kaca, khususnya dari sampah sisa makanan yang menghasilkan metana dengan daya pemanasan 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Dengan mengubah sampah organik menjadi peluang ekonomi melalui konsep ekonomi sirkular. Program itu menargetkan pemberdayaan komunitas lokal, koperasi, dan UMKM untuk menghasilkan nilai tambah dan manfaat sosial.
Peluncuran SGAC didukung oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF) dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, serta dihadiri perwakilan pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan mitra pembangunan internasional.
Diaz juga menyoroti penguatan pembiayaan hijau merupakan solusi penting untuk menjawab dua tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia yaitu krisis sampah dan kesenjangan pendanaan iklim.
"Indonesia masih menghadapi kenyataan bahwa hanya sekitar 39 persen sampah yang terkelola, dan efektifnya baru 9-10 persen. Di sisi lain, kebutuhan pendanaan iklim mencapai Rp470 triliun per tahun, sementara APBN baru bisa memberikan Rp76 triliun. Gap ini harus ditutup dengan inovasi, kolaborasi, dan instrumen finansial yang tepat," ujarnya.
Sebagai proyek percontohan pertama implementasi SGAC telah dipilih Kabupaten Banyumas. Dengan program ini, Banyumas akan menerima bantuan peralatan teknis dan modal kerja untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah terpadu, termasuk pembangunan fasilitas pengolahan sampah Refuse-Derived Fuel (RDF) dan Black Soldier Fly (BSF).
"Keberhasilan program ini ditentukan bukan hanya oleh bantuan dana, tetapi oleh komitmen pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat. Banyumas memiliki potensi besar menjadi model yang dapat direplikasi daerah lain," kata Diaz Hendropriyono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Jorge Martin Terlempar dari 10 Besar Akibat 2 Kali Jatuh saat Sesi Latihan
- FIFA Denda FAM Rp7,3 Miliar dan Larang 7 Pemain Timnas Bermain
- Prospek Positif EMAS Pasca IPO, Siap Produksi Emas Pani 7 Juta Ons
- Demo Kasus Keracunan MBG, Emak-Emak di Jogja Bawa Panci hingga Teflon
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Sabtu 27 September 2025
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Hari Ini, Sabtu 27 Sept 2025
- Kasus Dugaan Monopoli BBM Nelayan Sadeng Dilaporkan ke Empat Instansi
Advertisement
Advertisement